Pernah nggak sih, lagi rebahan santai, tiba-tiba kepikiran hal-hal absurd kayak, “Gimana kalau besok presentasi gue gagal total?” atau “Apa tadi cara gue jawab chat temen bikin dia offended?” Kalau pernah, selamat datang di klub overthinking!
Overthinking itu kayak looping playlist pikiran yang nggak ada tombol stop-nya. Dalam tinjauan psikologi, ini terjadi saat otak kita overanalyzing sesuatu. Menurut penelitian, overthinking sering muncul karena kecemasan atau rasa takut akan kegagalan. Jadi, alih-alih fokus ke solusi, kita malah sibuk mikirin “what if” skenario terburuk.Masalahnya, overthinking bukan cuma ngabisin energi mental, tapi juga bikin kita stuck. Bayangin aja, pikiran kayak browser dengan 50 tab terbuka, semuanya buffering. Kebanyakan mikir malah bikin kita makin stres, insecure, bahkan bisa memicu insomnia.
Psikolog bilang, cara terbaik menghadapi overthinking adalah dengan grounding. Maksudnya, kita fokus ke hal-hal nyata di sekitar kita, kayak narik napas dalam atau mengitung benda-benda di ruangan. Teknik ini bantu otak keluar dari mode “overdrive” ke mode chill. Selain itu, journaling juga bisa jadi solusi keren. Tulis aja semua yang lagi nge-loop di kepala biar otak punya space buat hal lain.
Yang perlu diingat, overthinking itu manusiawi kok, apalagi di era yang serba cepat kayak sekarang. Tapi, jangan biarkan pikiran jadi drama queen terus-terusan. Yuk, belajar lebih mindful dan kasih diri kita ruang buat santai tanpa perlu overthinking segala hal. Life’s too short buat ngabisin waktu musingin hal-hal yang mungkin nggak bakal kejadian!